Wayang Dan Kakawin: Gambaran Sosok Superhero Di Masa Jawa Kuno.
Superhero tentunya sudah menjadi
kesukaan kita semua. Di Youtube maupun di bioskop, banyak bertebaran film-film
yang menceritakan tentang superhero. Tapi, tahukah anda, bahwasannya di masa
Jawa Kuno pun kisah-kisah tentang superhero sudah sangat populer, lantas
bagaimana Orang Jawa Kuno memandang superhero? Yuk, kita simak pada artikel
dibawah ini. Sebelum itu, jangan lupa untuk subscribe website ini ya
teman-teman, supaya kita dapat mendapatkan informasi menarik seputar sejarah
dan kearifan lokal Nusantara.
Kita akan membahas akar sejarah dari
munculnya sosok-sosok superhero di Jawa Kuno, yang tentunya, tidak kalah seru
dengan superhero dari dunia barat. Kita akan membahas karya-karya Jawa Kuno
yang membahas tentang superhero.
1.Kakawin Arjuna Wiwaha.
Kisah Arjuna Wiwaha salah satunya terukir di Candi Jago. Candi
Jago dibangun pada masa Raja Kertanegara yang memerintah Kerajaan Singhasari
antara 1268-1280 M. Candi ini terletak di Dusun Jago, Kecamatan Tumpeng,
Kabupaten Malang. Kisah ini juga terukir
di Gua Selomangleng, Tulungagung. Kakawin Arjuna Wiwaha menceritakan
perjuangan Arjuna menghabisi Raksasa Niwatakawaja. Dikisahkan, Niwatakawaja iri
melihat Arjuna bertapa untuk mendapat kesaktian dan berupaya menyerang Arjuna
yang sedang bertapa, akan tetapi, dengan panah sakitnya, Arjuna mampu
menghabisi Niwatakawaja dan menikahi salah seorang bidadari yang bernama Suphraba.
Karya ini ditulis oleh Mpu Kanwa di
masa Pemerintahan Raja Airlangga, yaitu pada abad ke 11 M.
2.Wayang Dalam Budaya Jawa Kuno.
Siapa diantara kita yang tidak kenal
wayang? Hmm, semua Orang Indonesia pasti mengenal kesenian yang satu ini. Dan ternyata,
wayang sudah eksis sejak Zaman Jawa Kuno. Prasasti Penampihan yang dikeluarkan
oleh Raja Balitung sekitar Tahun 898 M, menyebutkan bahwa Raja Balitung
mengadakan pertunjukan wayang untuk para hyang. Kata hyang, menurut
Sejarawan Rita Itsari, merujuk pada dewa-dewa Hindu. Dan, menurut beliau,
pertunjukan wayang ada kaitannya dengan kepercayaan lokal Masyarakat Nusantara
memuja arwah-arwah leluhur. Jenis-jenis wayang antara lain Wayang Beber yang
mana cara memainkannya adalah dalang menayangkan adegan wayang dalam
gulungan-gulungan kertas, Wayang Golek dan Wayang Gedhog yang merupakan
boneka-boneka kayu dan Wayang Keling yang terbuat dari kulit kerbau dan
berkembang di Pesisir Utara Jawa.
Ada juga Wayang Klithik yang merupakan
boneka kayu pipih,Wayang Kulit atau Wayang Purwa yang biasanya mengisahkan
tentang Mahabharata dan Ramayana, serta Wayang Wong atau Wayang Orang
yang kisah didalamnya tidak jauh berbeda dengan Wayang Kulit.
Pada masa Penyebaran Islam, wayang sangat populer di Jawa sebagai cara penyebaran Islam. Pada masa itu, para penyebar Islam di Jawa memanfaatkan kisah-kisah wayang sebagai media dakwah kepada Masyarakat Jawa yang masih beragama Hindu. Ajaran tauhid dalam Islam yang menegaskan keesaan Allah Subhanahuwataala diimplementasikan dalam beberapa lakon pertunjukan wayang, antara lain Jamus Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu.
3. Cerita Panji.
Cerita Panji ditulis saat masa
Kemaharajaan Majapahit. Diduga kuat, Cerita Panji ditulis pada Tahun 1375 M.
Cerita Panji menceritakan kondisi Pulau Jawa yang terbagi dua antara Kediri dan Jenggala, yang mana Kerajaan Kediri dipimpin Prabu Lembu Hamijaya dan Kerajaan
Kediri dipimpin Prabu Lembu Amiluhur. Diduga kuat, ada kemiripan yang kuat
dengan peristiwa sejarah di masa sebelum berdirinya Majapahit, yaitu terbaginya
kemaharajaan yang dipimpin Maharaja Airlangga di antara putra-putranya. Kisah Panji
didominasi petualangan Panji Asmara Bangun yang merupakan putra mahkota Jenggala
dan Galuh Candrakirana yang merupakan putri mahkota Kediri. Dikisahkan, keduanya
melakukan penyamaran, Panji Asmara menjadi Jayakusuma sedangkan Galuh
Candrakirana menyamar sebagai seorang pria dengan nama Jaya Lengkara dan
menjadi anak angkat seorang raja di Bali. Di akhir cerita, Jayakusuma dan Jaya
Lengkara bertarung, namun akhirnya keduanya kembali ke wujud asli dan menikah.
Sejarawan Thomas Stamford Raffles
mencatat, bahwasannya Cerita Panji terdiri dari banyak sekali variasi, antara
lain Panji Mordaningkung yang mengisahkan periode kehidupan Panji ketika
orang yang dicintainya belum didapatkan dan Panji Megat Kung yang
menceritakan percintaan Panji.
4. Kakawin Baratayudha.
Menurut Raffles, Kakawin
Baratayudha ditulis pada 709 Tahun Jawa, semasa pemerintahan Maharaja
Jayabaya. Puisi epik ini mengisahkan peperangan
dahsyat antara Pandawa dan Kurawa di Medan Perang Baratayudha. Kisah ini berakhir
dengan dinobatkannya Yudhistira atau Dharmawangsa menjadi Raja Astina yang
bergelar Batara Jaya Baya serta menundukkan seluruh Jawa. Jaya Baya adalah
seorang Raja Kediri yang memeritah antara 1130-1157 M. Kakawin Baratayudha ditulis
oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada masa pemerintahan Raja Jayabaya. Saya
menduga, penulis karya sastra ini, sebetulnya bertujuan mengagungkan Raja
Jayabaya sendiri, dengan menyamakan posisinya sejajar dengan tokoh utama wayang
yaitu Yudhistira sang sulung Pandawa.
Nah, itu tadi merupakan beberapa karya
sastra Jawa Kuno yang bertema superhero. Ternyata budaya kita tidak kalah
dengan budaya pop dari barat ya.
Kanwa, Mpu, dan Pane, Sanusi ( penerjemah): Arjuna
Wiwaha, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1978 M.
Izza, Naununis Aulia: Penggambaran
Sosok-Sosok Ideal Masa Jawa Kuno: Tinjauan Relief Gua Selomangleng Tulungagung,
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, No.1, Vol.12, 2022 M.
Istari, R. (2003 M). Kesenian
Wayang Pada Masa Klasik Di Jawa. Berkala Arkeologi, 23(2), 51–60. https://doi.org/10.30883/jba.v23i2.87.
Mukti, Muh: Pertunjukkan Wayang
Kulit Purwa Lakon Cupu Manik Astagina Sebagai Media Dakwah, Jurnal Imaji
Vol.10, No.1, Februari, 2012 M.
Sauqi, Ahmad dan Hamka, Miftah
Farid: Motif Ziarah Petilasan Prabu Jayabaya( Menelisik Makna Dan Tujuan
Masyarakat Berziarah Petilasan Sri Aji Jayabaya), Jurnal Kontemplasi, Vo.6,
No.2, 2018 M.
Sumaryono: Cerita Panji Antara Sejarah, Mitos, Dan Legenda, Jurnal Mudra Vol.26, No.1, Januari, 2011 M.
Nugroho, Catur: Transformasi
Cerita Arjuna Wiwaha Pada Relief Candi Jago Dan Lakon Ciptaning, Lakon
Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Wayang, Vol XIX, No.2, Desember, 2022 M.
Post a Comment