Surat Maharaja Sriwijaya Pada Khalifah Bani Umayyah-Menelusuri Jejak Masuknya Islam Ke Sumatra Pada Abad Ke-7 M.

 

Source: Interaktif Kompas.

Kapan pertama kali Islam masuk ke Sumatra ? Banyak teori menjelaskan hal tersebut. Dalam artikel kali ini, kami mencoba memberikan sebuah argumentasi bahwa Islam sudah masuk ke Sumatra  pada awal-awal masa Khilafah Islam. Tepatnya pada Era Bani Umayyah dan kekhilafahan penggantinya. Hubungan Kerajaan Sriwijaya dengan Khilafah Islam sangat kuat. Hal itu terbukti dari beberapa dokumen kuno.

Kerajaan Sriwijaya sendiri, dalam sejumlah Catatan Timur Tengah, disebut dengan Zabag,Al-Hind, atau Al-Sin. Catatan Dinasti Tang pada 618-907 M telah mencatat adanya Pemukiman Bangsa Arab di Pantai Barat Sumatra. Banyak sekali Orang Islam yang menetap disana.

Teori William Marsden, menyebutkan bahwa Islam mulai masuk ke Dunia Melayu,  khususnya Sumatra dan Malaysia, sekitar 1400 M dengan mendasarkan teorinya pada catatan Joao De Barros, seorang Sejarawan Portugis. Namun teori ini, seperti yang kta lihat setelah ini, akan terpatahkan oleh bukti-bukti berikut.

Salah satu bukti tersebut adalah surat yang dikirimkan Maharaja Sriwijaya pada Khalifah Bani Umayyah. Sebelum itu, Ajaran Islam sebetulnya sudah masuk ke Sumatra saat Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam mengirim sahabatnya, Akasyah ke Kan-To-Li, salah satu kerajaan awal di Sumatra yang menjadi Pendahulu Sriwijaya untuk mengajak rajanya masuk Islam. Raja Kan-To-Li, tidak diketahui masuk Islam atau tidak. Akan tetapi raja tersebut menyambut Akasyah yang datang kesana untuk berdakwah. Pada 660 M, Muawiyah bin Abi Sufyan dinobatkan sebagai Khalifah Dinasti Bani Umayyah di Yerusalem, Palestina. Pada saat masa jabatannya itulah, tiba sebuah surat yang dikirimkan oleh Raja Al-Sin yang menyebutkan bahwa negerinya memiliki ribuan gajah, istana emas dan perak. Serta dua sungai dan gaharu.

Sebagian sejarawan menafsirkan bahwa Raja Al-Sin yang dimaksud barangkali adalah seorang Penguasa Sindh, Pakistan. Namun, Sejarawan Sayyid Qudrat Fathimi memiliki penafsiran berbeda-  dua sungai dalam surat ini-menurut Sayyid Qudrat merujuk pada Sungai Musi dan Batanghari yang mengapit Pusat Kerajaan Sriwijaya. Bangunan dari emas dan perak ditafsirkan oleh Sayyid Qudrat sebagai Candi Muaratakus, Peninggalan Sriwijaya di Jambi. Tafsiran Sayyid Qudrat mengandung kejanggalan, Raja Sriwijaya menyebut dirinya sebagai Raja Al-Sin. Padahal, Sindh dalam historiografi Islam, merupakan sebutan untuk sebuah Kerajaan Kuno di Pakistan. Literatur Islam Klasik, contohnya Kitab Futuhul Buldan  yang ditulis Syaikh Al-Baladzuri yang wafat pada 892 M, Masa Dinasti Abbasiyyah , menyebutkan bahwa Sindh adalah sebuah Negeri India-kala itu India dan Pakistan belum dipisah- yang direbut Pasukan Bani Umayyah dibawah Muhammad bin Qasim. Dengan demikian, dugaan Sayyid Qudrat Fathimi bahwa yang dimaksud Al-Sin adalah Sriwijaya adalah dugaan yang lemah.

Sumber yang lebih kuat terdapat pada catatan Nuaim Ibn Hammad yang menyebutkan bahwa Raja Al-Hind mengirim surat pada Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Raja Al-Hind disebutkan memiliki ribuan gajah, dua sungai, dan gaharu dinegerinya. Disebutkan bahwa Raja Al-Hind menginginkan guru yang dapat mengajarinya Agama Islam. Sayyid Qudrat mengidentifikasi bahwa Al-Hind yang dimaksud adalah Sriwijaya. Ini sesuai, barangkali Nuaim Ibn Hammad menyebut raja tersebut adalah Raja Al-Hind karena letak Pulau Sumatra yang dekat dengan Samudra Hindia.

Pedagang Arab, Sulayman yang mengunjungi Sriwijaya pada 916 M menyebut kerajaan tersebut sebagai Zabag dan pemimpinnya digelari maharaja. Sulayman juga melaporkan perdagangan gaharu di daerah tersebut dan kekayaan sang raja yang memiliki banyak emas. Abu Zaid Al-Hasan, seorang Sejarawan Arab abad ke 10 M, pada 916 M mencatat Penaklukkan Negeri Khmer oleh Raja Zabag yang memenggal kepala Raja Khmer.  Keterangan-keterangan sejumlah Orang Arab tentang eksistensi Sriwijaya-bisa jadi merupakan bukti bahwa Sulayman maupun para pencatat lainnya menyebarkan Islam di Wilayah Sriwijaya.

Sumber sejarah:
Marsden, William: Sejarah Sumatra, Komunitas Bambu, 2013 M.

Munoz, Paul Michel: Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Malaysia : Perkembangan Sejarah dan Budaya Asia Tenggara ( Jaman Pra-Sejarah-Abad XVI), Penerbit Media Abadi, 2013 M.

Syaikh Al-Baladzuri: Futuhul Buldan: Penaklukkan Negeri-negeri dari Fathu Makkah Sampai Negeri Sind, Pustaka Al-Kautsar, 2015 M.

Suryanegara, Ahmad Mansur: Api Sejarah 1: Mahakarya Ulama dan Santri dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Penerbit Suryadinasti, 2016 M.

Wandiyo,dkk: Hubungan Sriwijaya dengan Dinasti Umayyah Terhadap Masuknya Agama Islam di Palembang Pada Abad VIII Masehi, Sindang : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol.2, No.1 ( Januari-Juni 2020 M)

 

 


Tidak ada komentar