Ketika Melaka Menerima Islam.

 

Sumber: Independent Traveller.

Sejarah panjang Kesultanan Melaka dimulai pada 1389 M, menurut catatan seorang Pelaut Portugis Alfonso de Alburqueque. Berdirinya Kesultanan Melaka diawali oleh seorang Raja Palembang yang bernama Parameshwara/ Paramichura dalam Catatan Portugis yang menolak setia pada Raja Jawa, Bataramurel/ Batara Tamaril dalam Catatan Tome Pires. Bataramurel berangkat ke Palembang dengan pasukan yang kuat dan menaklukkannya. Parameshwara melarikan diri ke Singapura. Bataramurel, menurut Sejarawan Paul Michel Munoz adalah nama lain Raja Majapahit, Hayam Wuruk.

Catatan Tome Pires, seorang Pelaut Portugis abad ke-16 M menceritakan narasi yang hampir sama tentang Parameshwara. Tome Pires justru menuliskan bahwa Raja Jawa membantai Penduduk Bangka dan menghancurkan Palembang. Parameshwara berlayar ke Singapura bersama para pengikutnya. Parameshwara mampu melakukan pemberontakan terhadap  Penguasa Singapura, Sam Agy Singapura dan menguasai kota itu serta memperluas wilayahnya ke Semenenanjung Melaka dengan bantuan Para Celates ( bajak laut Bugis). Parameshwara menetapkan tempat tinggal raja di Kota Bretao. Ia wafat di kota tersebut.

Setelah kewafatannya, Parameshwara digantikan putranya yang disebut Tome Pires sebagai  Chaquem Daraxa ( menurut Filolog Armando Cortesao nama aslinya Muhammad Syah).  Chaquem/ Xaquem Darxa ini selanjutnya menjalin kerjasama dagang dengan Batara Tamaril/ Hayam Wuruk  dan juga meminta Raja Pasai agar menjalin hubungan dagang dengannya. Raja Pasai mengirim seorang ulama dengan tugas mengislamkan Xaquem Darxa. Xaquem Darxa memenjarakan ulama tersebut di Bretao.  Namun, para pedagang Muslim justru berdatangan ke Malaka dalam rangka berdakwah dan para Ulama yang berdatangan ke Malaka meminta Xaqeum Darxa agar bersedia memeluk Islam. Xaquem Darxa pun menjalin perjanjian dengan Raja Pasai bahwa ia bersedia memeluk Agama Islam asal dijodohkan dengan Putri Raja Pasai. Pada usia 27 tahun, Xaquem Darxa masuk Islam dan menikahi Putri Raja Pasai. Ia masuk Islam diikuti keluarganya. Tome Pires melaporkan bahwa pada masa itu, seringkali terjadi nikah ‘beda agama’ antara Muslim dan Penyembah berhala di Malaka. Menurut Tome Pires, hal itu terjadi karena para Wanita Muslimah seringkali mengislamkan para Penyembah berhala di Melaka.

Pasai, menurut Catatan Ibnu Batutah yang mengunjungi daerah ini pada abad ke-14 M, merupakan salah satu negara awal di Sumatra yang memeluk Islam. Ibnu Batutah mencatat kerajaan ini beribukota di Kota Sumatra ( yang pada masa selanjutnya justru menjadi nama pulau itu sendiri, pada masa Ibnu Batutah daerah ini masih dianggap bagian dari Jawa). Maka wajarlah jika Pasai giat melakukan Islamisasi.

Pada masa-masa selanjutnya, Melaka menjadi Kerajaan Islam besar di Dunia Melayu. Penerus Xaquem Darxa yang bernama Modafarxa/ Muzhafar Syah  selanjutnya menaklukkan Kerajaan Kampar dan Indragiri serta Pulau Bintan.  Kerajaan Rokan berhasil dikuasai olehnya. Raja Modafarxa mengirim sejumlah pendakwah ke Jawa dan membuat sejumlah orang di Pantai Utara Jawa beralih agama ke Islam. Malaka terus menjadi Pusat Islam di Dunia Melayu hingga kejatuhannya ke tangan Orang-orang Portugis pada 1511 M.

Refrensi:
Cortesao, Armando: Suma Oriental Karya Tome Pires Perjalanan dari Laut Merah Ke Cina  & Buku Francisco Rodrigues, Penerbit Ombak, 2015 M.

Munoz, Paul Michel: Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Malaysia : Perkembangan Sejarah dan Budaya Asia Tenggara ( Jaman Pra-Sejarah-Abad XVI), Penerbit Media Abadi, 2013 M.

Batutah, Ibnu: Rihlah Ibnu Batutah: Catatan Perjalanan Sang Musafir Abad Pertengahan, Penerbit Alvabet, 2023 M.


Tidak ada komentar